Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Rabu, 02 Oktober 2013

Affatul Lisan



Assalamualaikum...

Benar kata pepatah, mulutmu harimaumu atau perkataan orangtua tentang berhati-hatilah dengan lidah atau yang santer kita dengar yaitu lidah tidak bertulang. Ada kebenaran apa dibalik lidah kita? Ada apa dengan lidah yang menjadikan kita mampu berkata-kata?



Nah, sore tadi saya bersama teman-teman akhwat saya membahas tentang bahaya lisan atau lidah. Mengapa bahasan ini penting? Jawaban saya mudah, karena kami para wanita adalah kaum yang paling berat cobaannya dalam hal menjaga lisan. Entah mengapa pula wanita sangat akrab dengan sebutan 'tukang ghibah' ataupun 'cerewet' yang memang tidak jauh dari lisan kita. Oleh karena itu, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu tentang hakikat lidah.

Hakikat Lidah

Subhanallah, ternyata lidah itu nikmat. Lidah itu dapat mengantarkan seseorang kepada Surga Allah SWT jika orang tersebut menggunakan nikmat yang diberikan Allah SWT untuk kebaikan. Lidah ini juga akan menjadi saksi di hari kiamat kelak, firman Allah SWT:
  يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَ أَيْديهِمْ وَ أَرْجُلُهُمْ بِما كانُوا يَعْمَلُونَ
Pada hari itu lidah mereka, dan tangan-tangan mereka dan kaki­ kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nur (24) : 24)
Maka, tentu kita ingin kesaksian yang disampaikan bagian-bagian tubuh kita ini tentang hak-hal yang baik saja. Malu rasanya jika mereka bersaksi tentang keburukan-keburukan yang kita lakukan bukan? Dari sebab itulah, lakukanlah kebaikan, berdoa agar kita diberikan kemampuan untuk berbuat baik pula. Mimpikanlah kabaikan-kebaikan agar kebaikan-kebaikan itu jua yang akan menjadi tujuan kita.

Fenomena Bahaya Lisan

Meskipun lidah ataupun lisan merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita, ternyata lisan kita ini mengandung bahaya tersendiri. Secara sadar maupun tidak kita sering mengabaikan hal-hal sepele seputar lisan.
Saya dan teman-teman akhwat saya tadi sore pun terhenyak ketika mendengar penjelasan Murabbi tentang kealpaan kami dalam bertutur kata yang kadang kala memang tidak bermanfaat dan sia-sia. Naudzubillahimindzaliiik...
Ada beberapa keadaan yang mengindikasikan lisan kita dalam bahaya, yaitu:

  1. Al kalamu fima la ya’nihi (Ungkapan yang tidak berguna). Allah berfirman dalam surat Qaf ayat 18:

    مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

    Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

    Segala sesuatu yang kita ucapkan akan dicatat oleh malaikat pengawas di kanan dan kiri kita, jika baik ucapan seseorang itu maka akan dicatat sebagai kebaikan dan begitupun sebaliknya jika buruk ucapan seseorang itu maka akan dicatat sebagai keburukan.
  2. Fudhulul kalam (Berbicara secara berlebihan). Dalam hal ini ada sebuah hadits riwayat Ahmad Hambal ra:

    "Tidak lurus iman seseorang sebelum lurus hatinya, tidak lurus hatinya sebelum lurus lidahnya, tidak masuk seseorang ke dalam syurga selagi tetangganya belum aman dari kejahatan (lisan) nya."
    Betapa lisan ini juga menjadi tolak ukur bagi Allah SWT untuk memasukkan atau tidak memasukkan seorang hamba ke dalam syurga. Sudahkah kita berbenah dari perkataan yang berlebih-lebihan?
  3. Al khaudh fil bathil (Ungkapan yang mendekati kebathilan dan maksiat). Murabbi saya mencontohkan begini; kita tidak dianjurkan berlama-lama di pasar karena terkadang tawar-menawar yang terjadi antara penjual dan pembeli ini dapat menjerumuskan dalam kemaksiatan. Misalkan, merayu si abang sayur untuk menurunkan harga atau menambahkan beberapa biji bawang ke dalam belanjaan. Ternyata hal ini juga dilarang dalam agama. Boleh saja tawar-menawar, tapi gunakanlah cara yang baik dan jangan sampai menjerumuskan diri pada maksiat.
  4. Al Miraa’ Wal Jadal (Berbantahan, bertengkar, dan debat kusir). Dalam surat An-nahl ayat 125 Allah SWT berfirman:

    ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

    Yang pertama, Allah SWT menyuruh kita menyeru pada jalan-Nya dengan hikmah, kemudian nasihat dengan memberi pelajaran yang baik. Jika keduanya tidak juga diindahkan maka bantahlah, berdebatlah namun harus dengan jalan yang haq pula. Ini juga menjadi rujukan dalam berdakwah.
    Kemudian, Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist:


    حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ الدِّمَشْقِيُّ أَبُو الْجَمَاهِرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو كَعْبٍ أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

    Muhammad bin Utsman ad-Dimasyqi Abu al-Jamahir menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Ka’b Ayyub bin Muhammad as-Sa’di menuturkan kepada kami. Dia berkata; Sulaiman bin Habib al-Muharibi menuturkan kepadaku dari Abu Umamah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah)
  5. Al khushumah wa istifa’ul haq (Banyak bicara untuk mendapatkan haknya). Hal ini banyak terjadi, misalkan saja dalam kampanye yang maaf cakap sudah sangat berlebihan demi mendapatkan jabatan di parlemen atau di manapun itu. Karena hal ini dapat menjerumuskan seseorang dalam bahaya lisan yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW akan menjadi penyakit pada ummatnya.
  6. Al Mizah (Bercanda dan bersendau gurau). Rasulullah SAW juga seorang yang suka bercanda, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa beliau senang membuat para sahabat tersenyum karena candaannya, seperti:

    "Seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW, dan dia meminta agar Rasulullah SAW membantunya mencari unta untuk memindahkan barangnya. Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana”. Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul Beban yang berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barangku ini?” Rasulullah menjawab, “Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta” Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah." (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi, Sanad sahih)
    "Seorang perempuan tua bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk syurga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di syurga tidak ada perempuan tua”. 
    Perempuan itu menangis mengingat nasibnya, kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi’ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan)

    Perlu digarisbawahi bahwa candaan Rasulullah ini tidak lain tidak bukan merupakan perkataan yang benar:

    "Para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)
  7. Bidza’atul lisan wal qaulul fahisy was-sab (Ungkapan yang menyakitkan). Nah, ini seringkali terjadi di antara kita. Ungkapan-ungkapan menyakitkan atau unkapan nyelekit ini sering terlontarkan ataupun dengan sengaja dilontarkan. Apakah karena rasa kecewa, kesal, marah ataupun karena memang sudah begitu perangai manusianya hihi, na'udzubillaah! Ada baiknya ungkapan menyakitkan ini kita ganti dengan mengingat kebaikan-kebaikan dan beristighfar pada Allah SWT.
  8. Al la’nu (Melaknat binatang atau benda, apalagi manusia). Sengaja atau tidak manusia secara sadar atau tidak sadar pula seringkali melaknat ketika kesal dan marah. Pun pada kursi yang tidak sengaja kita senggol kita marah, misal "Kursi sialan!" Atau ketika ada yang menyalip sepeda motor saat buru-buru ke kampus "Ya Allah, aku doain mati itu orang!" Astaghfirullah!!! Itu pake bawa-bawa Allah segala lho. Ternyata hal ini pun tidak diperbolehkan, alternatifnya adalah ISTIGHFAR.
  9. Al ghina wasy syi’r (Bernyanyi dan bersyair). Siapa yang hobi menyanyi? "SAYAAAAA!" Begitu ya, meskipun hanya penyanyi kamar mandi. Hehe. Nyanyi-nyanyian yang melalaikan ini dapat mematikan saraf hati, sehingga ketika disebutkan tentang kematian kita tidak peka lagi, atau ketika terdengar suara azan kita tak peduli lagi. Mengapa? Karena candu nyanyi-nyanyian itu memang melalaikan dan melenakan. Sabda Rasulullah SAW:

    "Sungguh akan ada di antara umatku, kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat-alat yang melalaikan.” (HR Bukhari)
    "Dari Umar bin Hushain, bahwa Rasulullah saw. berkata tentang umat ini: ”Gerhana, gempa dan fitnah. Berkata seseorang dari kaum muslimin: Wahai Rasulullah kapan itu terjadi?” Rasul menjawab: ”Jika biduanita, musik dan minuman keras dominan.” (HR At-Tirmidzi).
  10. Attaqa’ur fil kalam (Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian). Mungkin saat ini masih segar diingatan tentang hebohnya Grammar Vicky Prasetyo yang santer ditayangkan di televisi. Tak panjang lebar cerita (takut ujung-ujungnya ghibah), yang dilakukan saudara Vicky inilah contoh dari Attaqa'ur fil kalam.
  11. Ifsya ‘ussirri (Menyebarkan rahasia). Rahasia adalah privasi, privasi adalah milik pribadi yang tak perlu dibagi-bagi kesana-sini. Maka ketika seorang teman mempercayakan kita untuk menjaga rahasianya, hargailah. Kepercayaan itu mahal lho harganya!
  12. Al madhu (Sanjungan yang menjerumuskan). Siapa yang tidak suka dipuji? "......." Tidak ada ya? Sejatinya manusia, kita semua suka dipuji, diberikan apresiasi dan lain sebagainya. Imam Bukhari rahimahullahu Ta’ala memberi judul untuk salah satu bab dalam kitab Shahih beliau: “Bab Orang yang Memuji Saudaranya Berdasarkan Fakta yang Diketahui”. Imam Bukhari menyebutkan bahwa Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata:

    “Tidak pernah kudengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut kepada seseorang yang berjalan di muka bumi ini sebagai calon penghuni Surga kecuali hanya kepada ‘Abdullah bin Salam.” [Hadits shahih, riwayat Bukhari (VII/87)]

    Berarti diperbolehkan memuji jika faktanya benar dan diketahui. Jika tidak jangan coba-coba, hati di dalam siapa yang tahu, kena puji sedikit sombongnya bisa selangit. Jangan yaaa...
    Bagaimana jika kita yang dipuji? Bershalawatlah atau ucapkan Subhanallah atau 
    لاحول و لا قوه الا بالله العلي العظيم
  13. Al kaazib (Dusta). Firman Allah SWT dalam surat Al-Hajj ayat 30:

    "Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah[989] maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta."
  14. Ghibah (Gosip). Permisalan orang yang bergosip atau ghibah adalah bagai makan bangkai daging saudaranya sendiri, kan? Mau? Ga kan? Ya sudah, ayo merapat sini..bukan untuk ghibah tapi beristighfar.
  15. An-namimah (Adu domba atau menghasut). Ini sih sudah jelas-jelas bahaya. Sabda Rasulullah SAW:
    لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
    “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim no. 105)
  16. Al khatha’ fi daqa ‘iqul kalaam ( Bertanya yang bukan-bukan, sehingga memberatkan orang yang menjawab). Ini kasus mahasiswa, banyak dari kita (mahasiswa red-) yang suka bertanya pada teman-teman yang presentasi mengenai hal yang membingungkan mereka yang padahal pertanyaan itu kita tahu jawabannya. Ingta ya, kalau ente muslim, hal itu dilarang!
  17. Menyebut hal-hal jelek untuk membuat tertawa. Pada poin no.4 dan poin no. 6 sudah cukup menjelaskan bahaya lisan yang satu ini. Hal-hal jelek itu tidak harus dijadikan bahan candaan. Katakanlah yang baik atau diam. Rasulullah bersabda:

    "Jika tidak sanggup berkata baik maka diamlah." (Hadist)

Demikian bahaya lisan yang patut kita waspadai, wallahu'alam bish shawaab..
Wassalam..

Sumber:
  1. Al-quran Al-Kariim
  2. Mukti Ali. 17 November 2011. Bercandanya Rasulullah. Hati, Cinta dan Kehidupan (Memuat Semua Hal Tentang Hati, Cinta Dan Kehidupan Dari Berbagai Sisi, Dari Baik Atau Buruknya). diakses pada Rabu, 2 Oktober 2013 pkl. 21.25. dari http://haticintadankehidupan.blogspot.com/2011/11/bercandanya-rasulullah.html
  3. Farid Zakaria. 26 April 2012. Hukum Bermain Musik Menurut Islam. Madani. diakses pada rabu, 2 Oktober 2013 pkl. 21.17. dari http://www.fimadani.com/hukum-bermain-musik-menurut-islam/
  4. Ibnu Ismail Al-Muhajirin. 17 Januari 2010. Adab Memuji. Mulia dengan Manhaj Salaf. diakses pada Rabu, 2 Oktober 2013 pkl. 22.13. dari http://ibnuismailbinibrahim.blogspot.com/2010/01/adab-memuji.html
  5. Abu Muawiah. 30 Juni 2010. Pengadu Domba Tidak Masuk Surga. Meniti Jejak As-Salaf Ash-Shaleh. diakses pada Rabu, 2 Oktober 2013 pkl. 21.20. dari http://al-atsariyyah.com/pengadu-domba-tidak-masuk-surga.html
  6. http://istimroor-belajar.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html





0 komentar:

Posting Komentar